Beberapa manfaat yang didapat dari menjaga kelestarian peninggalan sejarah antara lain yaitu:
1. memperkaya khasanah kebudayaan bangsa Indonesia,
2. menambah pendapatan Negara karena digunakan sebagai obyek wisata,
3. menyelamatkan keberadaan benda peninggalan sejarah, sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang, serta
4. membantu dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan dengan memanfaatkan untuk obyek penelitian.
sumber : http://monica-tobing.blogspot.com/2012/01/materi-pelajaran-ips-sd-kelas-4.html
Sunday, June 23, 2013
Menghargai Peninggalan Sejarah
Beberapa
bentuk penghargaan terhadap benda-benda peninggalan sejarah, antar
lain.
1. Merawat dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah. Ini merupakan tugas kita semua. Tetapi penanggung jawab utamanya adalah Negara. Cara merawat dan menjaga antara lain sebagai berikut: a. Menjaga keutuhan benda-benda peninggalan sejarah. b. Tidak mencoret-coret dan membuat kotor benda-benda peninggalan sejarah. c. Tidak mengambil dan memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah sebagai barang antic. d. Melakukan pemugaran dengan tidak meninggalkan bentuk aslinya.
2. Mengunjungi tempat-tempat peninggalaln sejarah seperti candi, makam pahlawan, monumen dan lain-lain.
3. Menggunakan benda-benda peninggalan sejarah secara benar.
1. Merawat dan menjaga benda-benda peninggalan sejarah. Ini merupakan tugas kita semua. Tetapi penanggung jawab utamanya adalah Negara. Cara merawat dan menjaga antara lain sebagai berikut: a. Menjaga keutuhan benda-benda peninggalan sejarah. b. Tidak mencoret-coret dan membuat kotor benda-benda peninggalan sejarah. c. Tidak mengambil dan memperjualbelikan benda-benda peninggalan sejarah sebagai barang antic. d. Melakukan pemugaran dengan tidak meninggalkan bentuk aslinya.
2. Mengunjungi tempat-tempat peninggalaln sejarah seperti candi, makam pahlawan, monumen dan lain-lain.
3. Menggunakan benda-benda peninggalan sejarah secara benar.
Mengenal Sejarah Terjadinya Suatu Tempat dan Daerah
Cerita tentang terjadinya suatu tempat atau daerah ada yang bersifat
nyata. Maksudnya kejadian yang diceritakan memang terjadi. Namun ada
juga yang berupa dongeng, yang tidak nyata. Maksudnya terjadinyanya
suatu tempat atau daerah tidak seperti yang diceritakan. Ada beberapa
cerita rakyat. Misalnya: legenda, mitos, dongeng, fable, dan sage.
Bentuk-bentuk cerita ini mengisahkan terjadinya suatu tempat secara
tidak nyata. Legenda tidak diaggap suci karena tidak ada tokoh dewa.
Bentuk-bentuk cerita rakyat dan sejarah terjadinya suatu daerah yaitu.
1. Legenda, yaitu cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyarakat yang percaya cerita itu benar-benar terjadi. Contoh legenda antara lain: a. Cerita terjadinya Gunung Tangkupan Perahu di Jawa Barat. b. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Tengah. c. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa Tengah.
2. Mitos, yaitu cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan memiliki tokoh, dewa. Contohnya: asal usul Prambanan, asal usul Selat Bali.
3. Dongeng, adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misalnya dongeng Joko Tarub, Timun Emas, Bawang Merah dan Bawang Putih.
4. Fabel. Fabel termasuk cerita rakyat yang berisi pendidikan moral. Biasanya bercerita tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fable hewan bisa berbicara seperti manusia.
5. Sage, adalah cerita rakyat tentang tokoh kepahlawanan. Cerita seperti ini banyak beredar di masyarakat tetapi sumbernya sulit ditemukan. Biasanya merupakan sumber lisan.
1. Legenda, yaitu cerita terjadinya suatu tempat. Banyak masyarakat yang percaya cerita itu benar-benar terjadi. Contoh legenda antara lain: a. Cerita terjadinya Gunung Tangkupan Perahu di Jawa Barat. b. Cerita asal-usul nama Banyuwangi di Jawa Tengah. c. Cerita terjadinya Rawa Pening di Jawa Tengah.
2. Mitos, yaitu cerita yang dipercaya benar-benar terjadi, dianggap suci, dan memiliki tokoh, dewa. Contohnya: asal usul Prambanan, asal usul Selat Bali.
3. Dongeng, adalah cerita yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya berupa cerita tentang keajaiban atau kesaktian. Misalnya dongeng Joko Tarub, Timun Emas, Bawang Merah dan Bawang Putih.
4. Fabel. Fabel termasuk cerita rakyat yang berisi pendidikan moral. Biasanya bercerita tentang kehidupan hewan atau binatang. Dalam fable hewan bisa berbicara seperti manusia.
5. Sage, adalah cerita rakyat tentang tokoh kepahlawanan. Cerita seperti ini banyak beredar di masyarakat tetapi sumbernya sulit ditemukan. Biasanya merupakan sumber lisan.
PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT
A. Peninggalan Sejarah
Searah adalah cerita tentang kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Sedangkan peninggalan sejarah artinya warisan masa lampau yang mempuanyai nilai sejarah. Ada bermacam-macam bentuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasati, patung, bangunan, naskah, dan cerita atau hikayat.
1. Fosil, yaitu sisa-sisa tulang belulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang membatu. Tulang belulang dan sisa-sisa tumbuhan itu berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya fosil-fosil ini sudah berumur jutaan tahun. Dari fosil-fosil itu kita bisa mengetahui kehidupan pada zaman purba. Contoh: Fosil tengkorak manusia purba di Sangiran Jawa Tengah yang ditemukan oleh E. Dubois.
2. Peralatan dari zaman dulu. Ada banyak peninggalan berupa peralatan yang dipakai pada zaman dulu. Peralatan ini digunakan untuk berburu, menangkap ikan, dan bertani.Ada yang terbuat dari logam, tulang dan batu.
3. Prasasti, yaitu tulisan-tulisan dari masa lampau, Tulisan ini ditulis pada batu emas, perunggu, tembaga, tanah liat atau tanduk binatang.Prasasti ini biasanya berisi cerita tentang suatu kerajaan. Contohnya: Prasasti Yupa, Prasasti Kedukan Bukit.
4. Patung (Arca). Kebanyakan patung atau arca ini berasal dari kerajaan Hindu dan Budha. Bentuk Patung itu bermacam-macam. Ada patung dewa-dewa, ada patung Budha, ada patung yang berupa binatang dan lain-lain. Patung-patung itu terbuat dari batu, perunggu, atau bahkan emas.
5. Bangunan. Bangunan yang bernilai sejarah antara lain. a. Candi, adalah bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu. Candi didirikan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Contohnya: Candi Borobudur, Candi Prambanan. b. Gedung, adalah suatu bangunan rumah. Banyak gedung yang mempunyai nilai sejarah. Contonya: Gedung Stovia, Gedung Soempah Pemuda. c. Tempat ibadat, Contoh tempat ibadat yang mempunyai nilai sejarah adalah Masjid Demak Jawa Tengah,.Gereja Katedral Jakarta. d. Benteng, yaitu bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia umumnya peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Contoh: Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Benteng Duurstede di Maluku. e. Istana. Di Indonesia banyak istana yang bernilai seejarah, misalnya Keraton Yogyakarta, Istana Negara, Istana Bogor. f. Tugu/monument., adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa. Peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah. Misalnya: Monumen Yogja Kembali, Monas. g. Makam. Makam yang mempunyai nilai sejarah adalah tempat dikuburkannya tokoh-tokoh penting dalam sejarah.Misalnya: makam Diponegoro di Manado, Makam Bung Karno di Blitar.
6. Naskah/tulisan kuno. Contoh peninggalan sejarah berbentuk naskah/tulisan adalah kitab dan dokumen-dokumen penting.Misalnya: Naskah Supersemar, naskah Proklamasi, Kitab Mahabarata.
Searah adalah cerita tentang kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Sedangkan peninggalan sejarah artinya warisan masa lampau yang mempuanyai nilai sejarah. Ada bermacam-macam bentuk peninggalan sejarah. Peninggalan sejarah bisa berupa fosil, peralatan dari masa lampau, prasati, patung, bangunan, naskah, dan cerita atau hikayat.
1. Fosil, yaitu sisa-sisa tulang belulang manusia dan hewan atau tumbuhan yang membatu. Tulang belulang dan sisa-sisa tumbuhan itu berasal dari masa purba. Mereka tertanam di lapisan tanah. Umumnya fosil-fosil ini sudah berumur jutaan tahun. Dari fosil-fosil itu kita bisa mengetahui kehidupan pada zaman purba. Contoh: Fosil tengkorak manusia purba di Sangiran Jawa Tengah yang ditemukan oleh E. Dubois.
2. Peralatan dari zaman dulu. Ada banyak peninggalan berupa peralatan yang dipakai pada zaman dulu. Peralatan ini digunakan untuk berburu, menangkap ikan, dan bertani.Ada yang terbuat dari logam, tulang dan batu.
3. Prasasti, yaitu tulisan-tulisan dari masa lampau, Tulisan ini ditulis pada batu emas, perunggu, tembaga, tanah liat atau tanduk binatang.Prasasti ini biasanya berisi cerita tentang suatu kerajaan. Contohnya: Prasasti Yupa, Prasasti Kedukan Bukit.
4. Patung (Arca). Kebanyakan patung atau arca ini berasal dari kerajaan Hindu dan Budha. Bentuk Patung itu bermacam-macam. Ada patung dewa-dewa, ada patung Budha, ada patung yang berupa binatang dan lain-lain. Patung-patung itu terbuat dari batu, perunggu, atau bahkan emas.
5. Bangunan. Bangunan yang bernilai sejarah antara lain. a. Candi, adalah bangunan kuno yang terbuat dari susunan batu. Candi didirikan sebagai tempat untuk melaksanakan upacara keagamaan. Contohnya: Candi Borobudur, Candi Prambanan. b. Gedung, adalah suatu bangunan rumah. Banyak gedung yang mempunyai nilai sejarah. Contonya: Gedung Stovia, Gedung Soempah Pemuda. c. Tempat ibadat, Contoh tempat ibadat yang mempunyai nilai sejarah adalah Masjid Demak Jawa Tengah,.Gereja Katedral Jakarta. d. Benteng, yaitu bangunan yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Benteng-benteng yang ada di Indonesia umumnya peninggalan Belanda, Portugis, dan Spanyol. Contoh: Benteng Vredeburg di Yogyakarta, Benteng Duurstede di Maluku. e. Istana. Di Indonesia banyak istana yang bernilai seejarah, misalnya Keraton Yogyakarta, Istana Negara, Istana Bogor. f. Tugu/monument., adalah suatu bentuk bangunan yang didirikan untuk memperingati suatu peristiwa. Peristiwa itu dianggap penting atau bersejarah. Misalnya: Monumen Yogja Kembali, Monas. g. Makam. Makam yang mempunyai nilai sejarah adalah tempat dikuburkannya tokoh-tokoh penting dalam sejarah.Misalnya: makam Diponegoro di Manado, Makam Bung Karno di Blitar.
6. Naskah/tulisan kuno. Contoh peninggalan sejarah berbentuk naskah/tulisan adalah kitab dan dokumen-dokumen penting.Misalnya: Naskah Supersemar, naskah Proklamasi, Kitab Mahabarata.
Friday, June 21, 2013
Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia
Dukungan Daerah terhadap Pembentukan Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia
Kemerdekaan yang diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di berbagai daerah,
baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan terhadap pembentukan Negara
Republik Indonesia.
1. Di Sulawesi Selatan, Raja Bone
(Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan pertempuran-pertempuran
melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan dukungannya terhadap Negara
Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia. Mayoritas raja-raja suku Makasar
dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang
ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan yang sangat penting
ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang
nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat
yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di
dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan yang
dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut
terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba. Dukungan terhadap negara
kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda.
Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
1 . Sulawesi Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah.
Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur
oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal
28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut,
pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa
tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
2 . Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk
berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada
akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari
tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
3 . Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di
Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan
Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
4 . Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di
Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19 September 1945. Sekitar
200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan
Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum
tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan
darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang intinya berisi permintaan
agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada pemerintah RI, mematuhi
perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno meminta
rakyat yang hadir bubar dan tenang.
5 . Terjadinya Insiden Bendera di
Hotel
Yamat amat amato, o, Sur Suraba aba
abaya Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang
Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu
segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda tersebut mengibarkan bendera
mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarahan para pemuda.
Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk
menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat
dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan
bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan
mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
6 . Di Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan
secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua
pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan
aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan
kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional
Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut
telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di
Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
7. Sumatra Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan
terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra
Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke
kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh Karesidenan
Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik Indonesia.
Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab orang-orang
Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
8 . Pertempuran Lima Hari di
Semarang
Peristiwa ini terjadi di Semarang
pada tanggal 15 - 20 Oktober 1945. Peristiwa itu berawal ketika 400 orang
veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring
menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan dipindahkan ke Semarang.
Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka.
Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus bahwa cadangan air minum
di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang meneliti cadangan air minum
tersebut meninggal ditembak oleh Jepang. Pertempuran mulai pecah dini hari
tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima. Pertempuran berlangsung lima hari dan
baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian dipercepat dengan mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 yang kemudian menawan dan melucuti senjata tentara
Jepang. Untuk mengenang keberanian para pemuda Semarang dalam pertempuran
tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda yang terletak di kawasan Simpang Lima,
Semarang.
9 . Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha
para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW
(Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung
sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
10. Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai
timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang
sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas
politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai
lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak
menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000
orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
11. Sulawesi Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di
Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah
tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL
tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi
Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang
mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom,
Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan Garnisun
Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan diawali
peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano.
Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang
saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh
Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai
residen dipilih B.W. Lapian.
Pembentukan Komite Nasional
Pembentukan Komite Nasional
Sebagai
tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka
dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia
adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr.
Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945.
Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun, kemudian
diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan
dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil
presiden Drs. Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang
isinya meliputi hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR
terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan
ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada
tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan
menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional
Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai
politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul
Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan
persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan
dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai
tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi,
maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai
tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945
pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.
Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah
tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis
Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata,
Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik,
Permai, dan PNI.
Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan
Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong
Keluarga Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang
ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai
penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah.
Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di
daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta dibentuk BKR
Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan
Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa
Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji
Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional
karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang
bersifat nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan
Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi
gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang kurang
setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional,
membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan
perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda
Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya.
Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite
van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November
1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan
pemimpin tertinggi TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel
Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18
Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan
pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan
lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal
(Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan
organisasi kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR
berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947
nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai
dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun,
mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan
keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah,
melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.
Indonesia.
Terbentukna Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan tabel 11.2 berikut.
Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan tabel 11.2 berikut.
Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Setelah
rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa
yang akan menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar
semua yang hadir dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi
sebagai” Wakilwakil Bangsa Indonesia”. Usulan Soekarno tidak disetujui
para pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan
PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni
menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas
nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima.
Langkah
selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep
teks proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh
Soekarno Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah
hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang autentik.
Malam itu juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul
10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan
timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya
diubah di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak
pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55
WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno.
Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno
menyampaikan pidatonya, yang berbunyi:
Demikianlah
teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan
acara yang direncanakan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan
yaitu:
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah
dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu
peristiwa yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi.
Peristiwa yang sangat lama dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat,
tetapi membutuhkan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Untuk
mengenang jasajasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta dalam peristiwa
proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan Proklamasi
(Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya menjadi
Jalan Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
4 . Makna dan Arti Penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah
berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi
oleh semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta
yang tidak terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut.
Proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang sangat penting dan
memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Berikut ini makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan proklamasi
kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa
dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
Penyebaran Berita Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai Daerah
Wilayah
Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun
1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk
menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia,
merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi mengalami
keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan
penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi
diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan
di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di
daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara
luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala
Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian
ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi
disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan
tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah,
sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun
orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita
proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus
menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam
sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran
tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat
berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang
masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama
Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata
membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya
Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan
pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah
selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha
dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga
dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian
di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita
proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang
memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui
media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia
melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok
dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our
Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!
Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di
luar negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga
disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri
sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita
proklamasi.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4. A. A. Hamidan dari Kalimantan.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4. A. A. Hamidan dari Kalimantan.
Subscribe to:
Posts (Atom)